1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi setiap negara,
karena pendidikan merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan
perubahan, perkembangan, kemampuan seseorang dalam membuktikan rasa
percaya diri serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kuantitatif.
Jadi pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang,
mantap, jelas, lengkap dan menyeluruh dengan mempersiapkan peserta didik
untuk tujuan kehidupan yang nyata melalui bimbingan pengajaran dan
latihan sehingga mampu melaksanakan peranan-peranan untuk masa datang.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks,karena dipengaruhi oleh
banyak hal,Apabila hal-hal yang mempengaruhi tidak diperhatikan ,maka
akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya.Semua
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut akan menyebabkan
rendahnya prestasi belajar bahkan akan berakibat siswa mengalami
kegagalan dalam studinya .
Dalam proses belajar situasi dan kondisi siswa akan sangat
mempengaruhi dan menentukan aktifitas yang akan dilakukan dalam belajar.
Proses belajar mengajar pada intiny tertumpu pada suatu persoalan yaitu
bagaimana pengajar memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses
belajar mengajar yang efektif atau dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan tujuan sebelumnya.
Namun kenyataan yang ada masih banyak ditemukan siswa yang malas
belajar ,siswa yang kurang menyenangi pelajaran ,tidak punya perhatian
sama sekali terhadap sesuatu yang akan dipelajari ,tugas sekolah
dijadikan beban ,hasil belajar hanya untuk naik kelas dan lulus dari
sekolah.Semua itu merupakan gambaran dari aktifitas belajar siswa yang
masih rendah .Sebagai akibatnya mereka mengalami kesulitan belajar .
Dari setiap sekolah pastinya kita dapat melihat siswa-siswa yang
berprestasi rendah,siswa-siswa tersebut pastinya mempunyai kesulitan
dalam belajar ,dimana dalam hal ini kita dapat mengetahui apa
faktor-faktor kesulitan apa yang dialami oleh siswa yang berprestasi
rendah di mana faktor tersebut dapat di bedakan menjadi dua yaiutu
faktor intern (dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal
dari luar diri siswa). Di sini peneliti ingin mengadakan penelitian di
SMA BINA WARGA 2 PALEMBANG pada kelas XI IPS di mana pada sekolah
tersebut ada 7 kelas XI IPS,yaitu XI IPS 1-XI IPS 7.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“
Analisis Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Pada Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA Bina Warga 2 Palembang Tahun Pelajaran 2008-2009“.
1.2 Rumusan Masalah dan Pembatasan masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kesulitan belajar siswa berprestasi rendah
pada mata pelajaran ekonomi di SMA Bina Warga 2 Palembang tahun
pelajaran 2008-2009
1.2.2 Pembatasan Masalah
Agar peneliti tidak menyimpang dari apa yang hendak diteliti maka
perlu di tetapkan pembatasan masalah yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa berprestrasi rendah pada mata
pelajaran ekonomi di SMA BINA WARGA 2 PALEMBANG tahun pelajaran
2008-2009.dimana peneliti meneliti kelas XI IPS 4 – XI IPS 7 yang
diambil dari nilai ulangan mid pada mata pelajaran ekonomi.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan kenyatan yang melatar
belakangi masalah dan rumusan masalah penulis, penelitian ini bertujuan
untuk “Mengetahui kesulitan belajar siswa berperstasi rendah pada mata
pelajaran ekonomi di SMA Bina Warga 2 Palembang “
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
- Untuk mendapatkan informasi tentang kesulitan belajar siswa berprestasi rendah
- Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran
2. Bagi Siswa
- Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada siswa agar dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami agar prestasi
belajar dapat meningkat .
3. Bagi Peneliti
- Sebagai bekal dalam melaksanakan tugas guru nantinya dalam meningkatkan prestasi
Siswa.
1.5 Anggapan Dasar
“Anggapan dasar adalah suatu yang
diyakini keberadaanya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal
yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan
penelitian “. Arikunto (2002:12)
Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
- Siswa-siswi kelas XI IPS SMA Bina Warga 2 Palembang yang berprestasi
rendah pada mata pelajaran ekonomi mempunyai kesulitan belajar.
- Faktor penyebab kesulitan belajar tersebut dapat dilihat dari 2
faktor yaitu faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal
(dari luar diri siswa).
2.1 Belajar
2.1. 1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.
Sementara itu, Sudjana (1995:2) menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
yang ada pada individu yang belajar. Pendapat lain di kemukakan oleh
Hamalik (1996:2). Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or
strengthening of behavior though experiencing).
Berdasarkan hal di atas, belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang menimbulkan perbuatan yang baru setelah melakukan
suatu proses interaksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain belajar
merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan atau penemuan baru
yang sifatnya membekas dan relative permanent.
Dengan demikian, belajar di katakana berhasil bila terdapat kesan
yang di serap dan telah terjadi perubahan dalam individu. Sebaliknya,
bila individu telah melakukan aktivitas belajar namun tidak ada
sedikitpun kesan yang dapat di serap dan tidak terjadi perubahan dalam
diri individu, maka belajar di katakana tidak berhasil.
2.1. 2 Tujuan Belajar
Tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak dan bervariasi .Tujuan –
tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan
instruksional, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan
Sardiman (2006:26 – 28).
Secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis yaitu:
- Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir, pemikiran pengetahuan dan
keterampilan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan.Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan
berfikir akan memperkaya pengetahuan.
- Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan keterampilan.Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani.
- Pembentukan sikap Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik ,
tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai – nilai oleh karna itu
guru tidak hanya mengajar tapi betul – betul sebagai pendidik ,yang akan
memindahkan nilai – nilai itu kepeda anak didiknya.Sardiman
(2006:26-28)
2.1. 3Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor – factor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 golongan Ngalim Purwanto (2004:102-106) menjadi
- Faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri yang biasa disebut faktor individual antara lain :
A. Kematangan Pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 tahun belajar
berjalan, andai kita paksa tetap anak itu tidak akan sanggup
melakukanya, karena untuk dapat berjalan anak membutuhkan kematangan
potensi jasmani maupun rohani.
Demikian pula kita, mnangajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga
sekolah dasar atau mengajar ilmu filsapat kepada anak – anak yangf baru
dapat berhasil jika taraf prtumbuhan pribadi telah memungkinkan dan
potensi jasmani dan rohani telah matang.
B. Kecerdasan
Disamping kematangan pertumbuhan, dapat tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu yang berhasil dengan baik ditentukan pula oleh taraf
kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita meskipun anak yang
berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu
pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.
Demikian pula halnya dalam mempelajari mata pelajaran dan
kecakapan-kecakapan lainnya. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali
kematangan, kecerdasan pun turut memegang peranan penting.
C. Latihan
Karena latihan sering kali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang di milikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin
mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah di
milikinya dapat menghilang atau berkurang.
D. Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi manusia untuk melakukan sesuatu, motif
intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya seseorang itu
menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin
seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu sebaik-baiknya, jika ia tidak
mengetahui betapa penting dan manfaatnya hasil yang akan di capai dari
belajarnya itu bagi dirinya.
E. Faktor Pribadi
Di samping factor-faktor yang telah di bicarakan diatas, factor
pribadi seseorang turut pula memegang peran dalam belajar. Tiap-tiap
orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda
antara seseoarang dengan orang yang lain.
- Faktor yang ada di luar individu yang biasa disebut faktor sosial antara lain :
A. Faktor keadaan keluarga
Ada keluarga yang miskin, ada pula keluarga yang kaya, ada keluarga
yang selalu di luputi oleh suasana tenteram dan damai. Tetapi ada pula
yanga sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah-ibu yang
terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan. Suasana dan keadaan
keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan
bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan di capai oleh
anak-anak.
B. Guru dan cara mengajarnya
Terutama dalam belajar di sekolah, factor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian
guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang di miliki guru dan bagaiamana
cara guru itu mengajarakan pengetahuan kepada anak didiknya. Turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat di capai anak.
C. Alat –alat yang di pergunakan dalam belajar mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita lepaskan dari ada
tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia disekolah.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yng diperlukan
untuk belajar di tambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya
kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan
mempercepat belajar anak-anak.
D. Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik,
bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurnya dan alat-alatnya
baik. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik
dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan
yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan setiap hari. Factor lingkungan
dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar
orang-orang dewasa.
E. Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah sesuatu proses yang timbul di dalam, maka
factor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat
memberikan motivasi yang baik kepada anak-anak, timbulah dari dini anak
itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari
apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak di capai dalam pelajaran
itu, jika di beri perangasang, seperti motivasi yang baik dan sesuai.
Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di
sekitarnya.
2.1. 4 Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan belajar bagi setiap anak tidak Sama, ada yang mempunyai
daya ingat kuat dan ada pula yang mempunyai daya tangkap dan daya ingat
yang lemah. Itulah sebabnya setiap anak mempunyai prestasi yang berbeda –
beda , ada yang mempunyai prestasi yang tinggi dan ada pula yang rendah
. Dalam kehidupan sehari – hari, istilah prestasi dapat diartikan
sebagai hasil yang dicapai oleh seorang dalam hal ini adalah hasil yang
dicapai dari perbuatan belajar, mengingat bahwa perbuatan belajar
tersebut merupakan serangkaian kegiatan dan kesanggupan untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Sukardi (1994:73) “Prestasi adalah kemampuan kecakapan nyata yang dimiliki individu setelah melalui proses belajar “.
Dari pengertian tersebut maka prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai sesorang setelah melakukan kegiatan belajar baik itu pengetahuan
maupun ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukan dengan nilai hasil tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh para siswa dari
kegiatan belajar.
Angka prestasi biasanya memakai ukuran standar satuan dari 1 s/d 10
atau dari 10 s/d 100 dalam rapot siswa tertera kategori nilai :
10 : Istimewa 5 : Hampir Cukup
9 : Amat Baik 4 : Kurang
8 : Baik 3 : Amat kurang
7 : Lebih dari cukup 2 : Buruk
6 : Cukup 1 : Amat Buruk
Menurut Muhibbin Syah ( 1997:153 ) , Prestasi dapat dikategorikan kedalam lima kelompok yaitu :
1. Nilai dari 8,0 - 10 : Sangat baik
2. Nilai dari 7,0 – 7,9 : Baik
3. Nilai dari 6,0 – 6,9 : Cukup
4. Nilai dari 5,0 – 5,9 : Kurang
5. Nilai dari 0 – 4,9 : Gagal
Dari keduia ukuran standar diatas , maka dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran standar penilaian sebagai berikut :
- Prestasi Tinggi : Nilai dari 8,0 – 10
- Prestasi Sedang : Nilai dari 6,0 – 7,9
- Prestasi Rendah : Nilai dari 0 – 5,9
2.2 Kesulitan Belajar
2.2.1 Pengertian kesulitan belajar
Setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali untuk belajar
di kelas agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari.
Sebagian besar waktu yang tersedia harus di gunakan oleh anak didik
untuk belajar, tidak mesti di sekolah, di rumahpun harus ada waktu yang
disediakan untuk kepentingan belajar.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat di raih oleh setiap anak didik
jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman,
hambatan, dan gangguan.
Seperti yang di kemukakan oleh Partowisastro Koetor (1985:23) Suatu
masalah itu ada kalau seorang siswa tidak memenuhi harapan-harapan yang
di syaratkan kepadanya oleh sekolah, baik harapan yang tercantum sebagai
tujuan formil dan tujuan kurikulum maupun harapan yang ada dalam
pandangan atau anggapan dari para guru atau kepala sekolah.
Sedangkan Menurut Abin Syamsuddin (1987:10) Kesulitan Belajar adalah
suatu hambatan atau gangguan terhadap kelancaran proses belajar yang
dapat berupa keedaan, kondisi tertentu, benda –benda, manusia dan ide –
ide tertentu .Siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar kalau mereka
tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (
berdasarkan ukuran kreteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam
TIK atau Ukuran Tingkat Kapasitas atau kemampuan belajar ) dalam batas
waktu tertentu . Akhirnya, berdasarkan uraian di atas dapat di
simpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik
tidak dapat belajar secara wajar di sebabkan adanya ancaman, hambatan
ataupun gangguan dalam belajar.
2.2.2 Faktor –faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa
Sebagaimana telah diketahui, bahwa ada sebagian siswa yang diperoleh
berdasarkan keempat patokan dalam menentukan siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka langkah selanjutnya tentu mencari apa penyebab
kesulitan belajar tersebut ,baik faktor itu berrsifat interen maupun
eksteren .
Untuk memperoleh gambaran yang lengkap dalam penganalisisan seperti
dikatakan ahli diatas, sehingga dapat ditemukan sebab kesulitan yang
sangat menentukan dalam rangka pengambilan keputusan , tentunya
diperlukan data yang lengkap dan cara yang efektif dan efesien .
Secara garis besarnya, faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dibagi dalam dua bagian yaitu meliputi:
- Faktor Interen (dalam diri siswa )
Proses belajar yang dijalani oleh setiap siswa merupakan suatu
rangkaian kegiatan atau perbuatan belajar yang sedang dilaksanakan
siswa. Disanping faktor – faktor penghambat belajar yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri , siswa kurang mampu menemukan factor yang
mana sebenarnya yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar .
Baiklah untuk mengkaji faktor–faktor penyebab kesulitan belajar dalam diri sendiri ,satu persatu yaitu :
A. Sikap belajar siswa
Setiap aktifitas atau usaha belajar yang dilakukan siswa,
keberhasilanya tergantung kepada keyakinan diri siswa, dimana sering
dikatakan sebagai “kepercayaan diri “siswa terhadap tindakanya.
Kepercayan diri diartikan oleh Heny susanti (1988:48) adalah
kemampuan untuk mengarahkan pikiran ,tubuh serta semangat kita
sepenuhnya mengatasi tantangan ataupun yang akan dihadapi .
Rasa kurang percaya diri akan menghambat seseorang untuk belajar dan
mengembangkan potensi diri yang dimilikinya, sebab individu itu diliputi
oleh rasa ragu dan tidak berani mencoba suatu kegiatan yang harus
dilakukan dalam mencapai tujuan.
Cara yang dipilih siswa dalam melindungi diri ini dinyatakan dalam
bentuk tindakan yang nyata, tindakan ini lazim disebut sikap . Sikap ini
dismping bersifat negative dapat pula bersifat positif yaitu dapat
mendorong siswa lebih giat dalam belajar . sikap merupakan kondisi
internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa .
Sikap seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh adanya kondisi
–kondisi tertentu antara lain , mental dalam diri seseorang .
- Motivasi belajar siswa
Merupakan dasar bagi seorang siswa untuk berbuat dan bertingkah laku ,
seperti yang dikemukakan oleh Anwar (1986:60) “Motivasi sebagai
dorongan dari dalam diri (Innerdrive) , desakan hati (Impluse) , emosi
atau hasrat yang menggerakan seseorang untuk berbuat , yang dibawanya
sejak lahir , intensitasnya ditentukan oleh lingkunganya .
Pendapat ahli diatas mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu
kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat atau mempelajari
sesuatu pelajaran yang belum diketahuinya.
Hal inilah yang menjadi dasar motivasi untuk belajar ,baik yang
berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa itu sendiri yaitu :
- Tujuan belajar
Sebagai motivasi , tujuan merupakan salah satu unsur yang terdapat
dalam belajar , oleh sebab itu tujuan harus ditanamkan dalam diri siswa
walaupun tujuan itu timbul dari rangsangan orang lain , namun haruslah
menjadi milik siswa dalam proses belajarnya .
Apabila individu atau siswa tersebut tidak memiliki tujuan yang jelas
, maka dalam mengikuti pelajaran pun siswa tersebut tentu tidak akan
serius . hal ini lah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar .
- Minat belajar siswa
Minat sering diartikan sebagai perasaan senang yang menyertai atau
menyebabkan timbulnya perhatian yang khusus terhadap suatu objek atau
kelompok objek . Bila diartikan dengan kegiatan belajar mengajar , maka
siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran tertentu , dia
dengan penuh perhatian akan mengikuti pelajaran , tetapi bila sebaliknya
siswa yang kurang memiliki minat terhadap pelajaran tertentu , maka
pelajaran yang diikutinya tidaklah berarti dan dia cenderung meremehkan
serta tidak mempunyai perhatian terhadap pelajaran tersebut .
3.Kosentrasi belajar siswa
Kosentrasi adalah pemusatan perhatian kepada suatu objek , barang
atau yang menjadi tujuannya . Bila seseorang akan mengamati sesuatu
diperlukan perhatian , agar dapat dilihat secara teliti ,cermat dan
tepat .
Kosentrasi dalam belajar berkaitan dengan minat sebab kosentrasi
timbul dikarenakan adanya minat terhadap suatu mata pelajaran ,jika
seseorang tidak mampu berkonsentrasi dengan baik maka ia akan mengalami
gangguan –gangguan pikiran yang tidak berhubungan sama sekali dengan
pelajaran yang diikutinya .
- Kebiasaan belajar siswa
Untuk mencapai suatu tingkat prestasi yang baik tentunya memerlukan
berbagai usaha ,yang harus dilakukan oleh siswa tersebut . Kebiasaan
yang baik mempunyai nilai yang positif yang dilaksanakan secara
sistematis dan terencana .
Kebiasaan belajar yang dimaksud disini adalah perbuatan nyata yang
sering diulang –ulangi , diperoleh melalui pengalaman dan latihan
pendidikan . kebiasaan belajar yang baik itu adalah kebiasaan yang
dinamis , aktif dan positif , yang menuntut adanya persyaratan tersebut
antara lain yaitu :
- Kondisi internal , yang dimaksud disini adalah kondisi yang ada
dalam diri siswa sendiri , misalnya kesehatan , keamanan dan
katentramanya dalam belajar .
- Kondisi eksternal , kondisi yang ada di luar diri siswa ,kebiasaan
ini yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar siswa tersebut .
Cara belajar dapat dikatakan efisien dan efektif , apabila cara yang
digunakan oleh siswa dapat memberikan hasil belajar yang sesuai dengan
tenaga yang dikeluarkan atau dapat mencapai harapan dan tujuan yang
dinginkan oleh siswa tersebut .
Cara belajar yang demikian adalah cara belajar yang terangkai dalam
usaha belajar siswa , dipersiapkan dengan baik , yang disusun dalam
suatu jadwal belajar yang telah diperhitungkan dengan matangn .
2. Faktor Ekstern/ di luar diri siswa
Faktor ekstern ini adalah factor yang berasal dari luar diri siswa,
yang dapat mempengaruhi setiap usaha belajar yang di lakukan siswa.
Pengaruh factor luar ini tidak kalah pentingnya bila di bandingkan
dengan factor dari dalam diri siswa itu sendiri. Karena faktor luar diri
siswalah yang menyajikan kondisi belajar yang akan di lalui oleh siswa,
baik itu berupa pengaturan interaksi sosial, pengadaan fasilitas
belajar dan pelaksanaan pengajaran yang di mulai dari perencanaan
pengajaran, penyajian pelajaran, pengevaluasian dari proses belajar dan
pelaporan hasil belajar yang di peroleh siswa yang bersangkutan.
Pemenuhan kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan tidak pernah terlepas
dari orang sekitarnya atau lingkungannya. Lingkungan dapat mempengaruhi
bahkan dapat menjadi pendorong dan penghambat atau penyebab kesulitan
belajar siswa tersebut.
Di bawah in akan di bahas factor-faktor luar yang dapat mempengaruhi dan penyebab kesulitan belajar siswa.
A. Strategi Mengajar Guru
Sebelum kita mambahas apa yang di maksud dengan strategi mengajar,
ada baiknya kita ketahui dahulu apa yang di maksud dengan mengajar itu
sendiri.Di sini akan di petik satu pendapat ahli yaitu Alvin W. Howart
menyangkut pengertian mengajar :
Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing
seseorang untuk mendapatkan, mengubah/mengembangkan skill, attitude,
ideals, appreations (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan). Slamoto
(1995:32).
Seorang guru haruslah benar-benar mampu merencanakan proses belajar
mengajar yang akan di pimpinnya, sebab proses yang efisien dan efektif
akan tercipta apabila guru memiliki pengetahuan yang luas, kemauan yang
keras serta keterampilan yang memadai. Kemampuan ini sangat di perlukan
untuk dapat mengetahui kemampuan siswa memahami dan membantu siswa agar
dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.
B. Sarana Belajar di Sekolah
Sarana belajar merupakan peralatan/kelengkapan yang di perlukan dalam
melaksanakan pengajaran, baik sarana yang bersifat fisik seperti gudang
sekolah, laboraturium, perpustakaan dan sarana yang bersifat fekrus
seperti media pengajaran/alat peraga, buku-buku, dll.
Bila sarana belajar di sekolah tidak dapat di manfaatkan dengan baik
serta tidak terciptanya suasana yang baik, hal ini dapat menjadi sumber
kesulitan belajar dalam menguasai materi pelajaran yang di berikan
seorang guru.
C. Lingkungan Keluarga Siswa
Pada proses pendidikan seseorang melalui tahap awala dia di lahirkan,
pendidikan yang pertama ia peroleh dari interaksi social dalam
lingkungan keluarga melalui imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan
empeti, dari cara itu memperoleh pendidikan ini, terlihat penahapan yang
di mulai dari proses yang sederhana sampai ke proses yang lebih rumit.
Hal ini pun terjadi dalam proses pendidikan seperti di katakana di atas.
Kenyataan in di dukung dan di pertegas oleh Sutjipto Wirawidjoyo dalam
Slameto (1987:60) yang menyatakan “Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama”. Berarti dari pendapat ini ada pendidikan yang
lebih tinggi yang dasarnya adalah keluarga.
Dalam hal ini keluarga memegang perenan yang besar tehadap
kelangsungan proses pendidikan anak atau siswa sampai ia memperoleh
kedewasaan dan mapu mandiri baik dari segi materi maupun mental.
Demikain besarnya pengaruh keluarga terhadap pendidikan siswa yang
sedang dalam belajar, baik itu cara orang tua mendidik, suasana rumah
tangga, keadaan ekonomi keluarga dan kasih sayang antara anggota
keluarga.
Bila dalam suatu keluarga tidak terjalin hubungan yang harmonis atau
terjadi broken home (keretakan rumah tangga) dan keadaan ekonomi yang
kurang memadai baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun
kebutuhan akan pendidikan siswa tersebut.
Keadaan demikian akan mempengaruhi hasil belajar siswa bakan dapat
menjadi penyebab kesulitan belajar siswa dalam menguasai pelajaran di
sekolah, hal ini di sebabkan siswa tersebut mengalami goncangan jiwa
baik itu bersifat ketegangan emosional dan keterbatasan kelengkapan
belajar yang di milikinya.
2.2.3 Ciri – ciri Kesulitan Belajar
Pada umumya ada beberapa ciri dari kesulitan belajar yang dialami oleh siswa yaitu :
1. Kesulitan Belajar Sendiri
Merupakan masalah yang timbul pada diri siswa tersebut belajar
sendiri dalam mempelajari mata pelajaran di rumah seperti menyelesaikan
perkerjaan rumah .
2. Kesulitan dalam Mempelajari Buku
Untuk mempelajari suatu buku dibutuhkan kosentrasi dan tingkat
pengertian yang dimiliki siswa untuk dapat mengerti dan memadai materi
yang sedang dipelajari .
3. Kesulitan dalam Belajar Kelompok
Terkadang siswa dalam belajar kelompok kurang dapat berkomunikasi
dengan teman sekelompoknya sehingga timbul masalah pada dirinya dalam
belajar kelompok .
4. Kesulitan dalam Mengerjakan Tugas
Kesulitan dalam mengerjakan tugas ini timbul pada saat guru
memberikan tugas pada saat guru memberikan tugas pada siswanya setelah
selesai menyampaikan materi .
5. Kesulitan dalam menghadapi ulangan dan ujian
Setelah guru menyelesaikan materi pelajaran dalam jangka waktu
tertentu maka biasanya guru ingin mengetahui seberapa besar siswa telah
mampu menyerap materi yang disampaikanya dalam bentuk ujian atau ulangan
. pada saat seperti inilah siswa mengalami kesulitan dalam menghadapi
ulangan .
6.Kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah
Masalah dalam menerima pelajaran disekolah merupakan masalah yang
timbul pada diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang
bersangkutan menunjukan kegagalan belajar di definisikan burton sebagai
berikut:
1. siswa dikatakan gagal dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan
tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
(Level Of Mastery) minimal dalam palajaran tertentu, seperti yang telah
ditetapkan oleh guru.
2. Siswa di katakana gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya.
3. Siswa di katakana gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan
4. Siswa di katakana gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai tingkat penguasaan (Level of Mastery) Di perlukan sebagai
persyaratan bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya.
Bisa di simpulkan bahwa seorang siswa di duga mengalami kesulitan
belajar kalau yang belajar tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi
hasil belajar tertentu.
2.2.4 Cara Mengenal Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar
Seperti yang telah dijelaskan bahwa anak didik yang mengalami
kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara
wajar.
Beberapa gejala sebagai indicator adanya kesulitan belajar siswa
dapat di lihat dari petunjuk – petunjuk berikut Syaiful Bahri Djamarah
(2005:246)
- Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
- Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
- Lambat dalam melakukan tugas –tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan –kawannya dari waktu yang disediakan.
- Menunjukkan sikap –sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura –pura, dan sebagainya.
- Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti: Membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjan rumah di dalam atau pun diluar
kelas, dan sabagainya.
- Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar ,seperti : pemurung , mudah tersinggung , pemarah ,dan sebagainya
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa
yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kretaria sebagai
batasan atau patokan, sehingga dengan kreteria ini ditetapkan batas
dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.